Saya adalah siswa SDN 118187 rantau prapat,ketika itu saya menduduki kelas 5 SD,saya pernah menyaksikan kekerasan di dunia pendidikan.
Guru sering disebut dalam bahasa jawa ditiru.
Jadi, seorang guru itu perlu menjaga tingkah lakunya, karena seorang guru itu
menjadi panutan bagi anak didiknya. Lain hal dengan seorang Guru matematika SDN 118187 rantau prapat, Dia bukan termasuk kategori Guru yang patut
di tiru. Begitu herannya, bisa-bisanya seorang guru memukul seorang siswa cowok dengan sepatu, hal tersebut saya saksikan ketika saya berada di bangku kelas 5 SD. Ia memukul siswanya tersebut dengan alasan anak cowok tersebut bandal, tidak mau diam, padahal kami semua juga ribut.Kasus
ini bukan merupakan kasus kekerasan di dunia pendidikan
Indonesia. Cukup banyak korban kekerasan di dunia pendidikan. Kira kira mengapa
masih terus saja terdengar rentetan kasus kekerasan di dunia pendidikan yang
hampir serupa?
Secara Ilmu Psikologi Contoh kasus kekerasan pendidikan diatas tergolong kategori perilaku agresi. Bisa dikatakan Perilaku agresi, karena seseorang memberikan stimulus tidak menyenangkan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Baron & Byrne, 1994; Brehm & Kassin, 1993; Brigham, 1991 yang menyatakan bahwa agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
Jika kita pandang dari salah satu teori agresi yang dipelopori Dollard, Doob, Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun 1939 (Brigham, 1991) yaitu Frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi (frustration-aggression hypothesis) perilaku yang dilakukan oleh guru Agama di Bandung Bisa timbul akibat sebuah masalah yang tidak teratasi dan memicu timbulnya frustasi yang pada akhirnya dapat memunculkan perilaku penyaluran agresivitas pada situasi yang kurang tepat.
Secara Ilmu Psikologi Contoh kasus kekerasan pendidikan diatas tergolong kategori perilaku agresi. Bisa dikatakan Perilaku agresi, karena seseorang memberikan stimulus tidak menyenangkan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Baron & Byrne, 1994; Brehm & Kassin, 1993; Brigham, 1991 yang menyatakan bahwa agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
Jika kita pandang dari salah satu teori agresi yang dipelopori Dollard, Doob, Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun 1939 (Brigham, 1991) yaitu Frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi (frustration-aggression hypothesis) perilaku yang dilakukan oleh guru Agama di Bandung Bisa timbul akibat sebuah masalah yang tidak teratasi dan memicu timbulnya frustasi yang pada akhirnya dapat memunculkan perilaku penyaluran agresivitas pada situasi yang kurang tepat.
Masih bingung? Begini contoh sederhananya Jika saja Sebuah
teko di isi terus dengan air tanpa menuangkan sedikitpun air ke dalam gelas,
apa yang akan terjadi? Tentunya air di dalam teko akan mencari celah keluar,
dengan kata lain air dalam teko akan membludak keluar. Jadi dalam kasus ini
seorang guru perlu lebih banyak belajar bagaimana mengelola frustasi yang dapat
menimbulkan perilaku agresi. Kiranya memang para pemerhati dunia psikologi
dalam bidang pendidikan memberikan program pelatihan manajemen frustasi atau
masalah (problem Solving) kepada seorang guru sebagai upaya meminimalisir
terjadinya kasus kekerasan serupa di bidang pendidikan. Tulisan ini hanyalah
sebuah buah pikir seorang yang awam dalam ilmu Psikologi. Bagaimana
menurut para pembaca situs Belajar Psikologi?
Daftar Pustaka
Baron, R.A., dan Byrne D.B, 1994 Social Psychology. Under Standing Human Interaction. Boston: Allyn & Bacon.
Bringham, J.C., Social Psychology. New York: Harper colligns. Publishers Inc.
Daftar Pustaka
Baron, R.A., dan Byrne D.B, 1994 Social Psychology. Under Standing Human Interaction. Boston: Allyn & Bacon.
Bringham, J.C., Social Psychology. New York: Harper colligns. Publishers Inc.