Rabu, 28 Maret 2012 0 komentar

Kasus Problem Solving


Nama :Rika Damayanti
Nim    :111301018

·         Mengidentifikasi Permasalahan
Proses identifikasi merupakan proses awal dimana seseorang lewat memori pengalaman yang dimilikinya dapat membedakan yang mana yang disebut dengan masalah dan mana yang tidak. Kesalahan yang dilakukan dalam mengidentifikasikan masalah ini berawal dari kesalahan belajar konsep, dimana belajar konsep membuat suatu pengelompokan atau pengkategorikan data-data yang ada, sehingga dengan adanya pengkategorian data tersebut proses kognisi manusia akan terbentuk untuk mengidentifikasikan masalah.
·         Sistematika Penyusunan Dalam Penyelesaian Masalah
Dalam menyelesaikan masalah, dibutuhkan adanya strategi awal (perencanaan) akan pendekatan yang bagaimanakah yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam Laura A.King, terdapat beberapa metode yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pendekatan masalah itu sendiri:

1.      Subgoaling
Yang dimaksudkan disini ialah membuat suatu penyusunan akan tujuan-tujuan kecil dan utama dari setiap poin permasalahan, sehingga dengan adanya subgoaling, kerangka pemecahan masalah mulai terbentuk secara perlahan. 
2.      Algorithms
Algoritma yang dimaksud disini ialah solusi pemecahan masalah yang sistematis dan terjamin. Algoritma dapat berupa bentuk instruksi, rumus dan menguji kemungkinan. Tetapi metode ini jarang digunakan karena memakan waktu dan usaha yang relatif rumit.
3.    Heuristik
Heuristik merupakan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan panduan atau arah, tetapi dengan cara ini tidak dijamin akan memperoleh adanya pemecahan masalah yang akurat karena kurangnya evaluasi terhadap.setiap kemungkinan solusi yang ada.
    Contoh kasus:
·      Perumusan Masalah
Masalah harus didefinisikan dengan jelas,misalnya:
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi 2011 dan saya berstatus sebagai anak perantauan (anak kost). Dan pada akhirnya ibu saya hanya mengirim uang makan saya Rp.600.000,00/bulan. Padahal kebutuhan seorang cewek itu lebih tajam intensitasnya, seperti alat make-up,pembersih muka,lulur mandi,peralatan dalam,pulsa,kebutuhan tak terduga,makan sehari-hari dll. Akan tetapi ibu saya menganjurkan saya untuk menggunakan uang Rp.600.000,00/bulan itu dengan  sebaik mungkin.




·         Analisis Masalah
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dan mulai mencari alternatif pemecahan yang mungkin dilakukan. Jadi, analisis masalah rika yaitu:
1.  Rika tidak tahu bagaimana caranya menghemat uang Rp.600,000,00/bulan.
2.  Rika tidak tahu apakah hari lusa ada kebutuhan tidak terduga atau tidak.
3.  Rika takut tidak makan untuk hari lusa.


·         Pemecahan Masalah
Tindakan perbaikan dari alternatif solusi yang terpilih berdasarkan kriteria dapat mulai dilakukan untuk memecahkan masalah.
Jadi, pemecahan masalah rika yaitu:
1.      Saya  menghemat uang dengan cara memprediksikan bahwa /hari harus habis Rp.20.000,00.
2.      Saya harus pandai membeli barang mana yang sangat penting buat kebutuhan hidup saya dan barang mana yang bisa saya nomor duakan.
3.      Saya jarang jajan dikantin dan masak nasi dikost (beli sayur lauk pauk diluar).
4.      Saya berjalan kaki dari kampus ke kost saat pulang kuliah.
5.      Saya menjatah uang pulsa saya Rp.50.000,00 /bulan.
6.      Saya harus pandai meyisihkan uang untuk hari lusa.

Dan pemecahan masalah saya ini termasuk algoritma. Algoritma yang dimaksud disini ialah solusi pemecahan masalah yang sistematis dan terjamin. Algoritma dapat berupa bentuk instruksi, rumus dan menguji kemungkinan. Tetapi metode ini jarang digunakan karena memakan waktu dan usaha yang relatif rumit.


·      Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah tindakan perbaikan yang dilakukan membawa hasil. Sebaiknya evaluasi dilakukan berdasarkan ukuran kuantitatif, misalnya dalam kasus contoh diatas apakah ada peningkatan tingkat kehematan setelah dilakukan tindakan perbaikan.

Evaluasi kasus saya ada peningkatan tingkat kehematan yaitu saya bisa menabung uang hasil penyisihan uang makan saya.
0 komentar

Konsep Dasar Pendidikan Anak Prasekolah

Konsep Dasar Pendidikan Anak Prasekolah

           
  • Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia antara 0-8 tahun yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis.

  • Anak pada hakikatnya adalah seorang manusia atau makhluk individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang  dewasa. Anak menurut  arti kamus disebut sebagai manusia kecil, tingkah laku dan karakteristik tertentu dan khas yang tidak sama dengan orang dewasa  dan harus dikembangkan, sehingga nantinya ia akan berkembang menjadi makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya agar kelak ia dapat menjadi manusia dewasa seutuhnya yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi.

  • Pendidikan di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus dibidang keusiadinian. ciri yang harus dimiliki seorang pendidik anak usia dini adalah:
  1. memiliki kharisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan.
  2. memilki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak.
  3. memiliki kemammpuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengolah kelas secara professional.
  • Landasan penyelenggaraan PAUD terdiri dari landasan yuridis, yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; landasan filosofis dan religi,yaitu berdasarkan nilai-nilai filosofis dan religi yang dianut dan secara turun temurun berkembang dilingkungan;serta landasan keilmuan dan empiris, yaitu berdasarkan berbagai temuan terkini yang bersifat isomorfis dari berbagai disiplin keilmuan usia dini.
  •  Terdapat 3 basis penyelenggaraan anak usia dini yaitu berbasis kepada keholistikan dan keterpaduan dimana PAUD merupakan satu kesatuan sosial yang ada dimasyarakat dengan keluarga dan lembaga pendidikan; berbasis pada multi disiplin ilmu yang relevan dan temuan mutakhir;berbasis pada perkembangan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
  • Pendidikan anak usia dini haruslah merupakan suatu pendekatan yang humaris melalui prinsip-prinsip yang diyakini bahwa anak sebagai pembelajar aktif, anak belajar melalui sensori dan panca inderanya,anak membangun pengetahuanya sendiri,anak berfikir melalaui benda konnkret, dan anak belajar dari lingkunganya.
  • Agar pembelajaran melalui bermain pada anak usia dini dapat mencapai hasil yang optimal, maka perlu memperhatikan asas-asas:apersepsi,kekonkretan,motivasi,kemandirian,kerjasama,perbedaan individu,keterpaduan dan belajar sepanjang hayat.
  • Bermain adalah:
  1. suatu sarana untuk mengubah kekuatan potensial didalam diri anak untuk menjadi berbagi kemampuan dan kecakapan.
  2. bermain juga dapat menjadi sarana penyaluran kelebihan energi dan relaksasi.
  3. bermain adalah sarana utama untuk belajar tentang hukum alam,hubungan antar manusia adn hubungan antara manusia dan objek.
  • Terdapat periode sensitif untuk belajar pada anak usia lahir sampai 6 tahun . pada setiap periode ditandai oleh adanya ketertarikan dan keingintahuan yang kaut dari anak terhadap sesuatu yang terdapat dilingkungannya. periode ini disebut dengan masa emas dan tidak akan terulang kembali selama masa perkembangan seorang anak.
        Referensi
  • Dr.Yuliani Nurani Sujiono,M.Pd. 2019. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini:Jakarta Barat :Macanan Jaya Cemerlang.

 
;