Apa Andragogi itu?
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang artinya orang
dewasa, dan “agogos” yang artinya membimbing atau memimpin. Dari arti
kata tersebut, berkembang pengertian bahwa andragogi adalah suatu ilmu
dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran, yang merupakan
pengelompokan teori belajar berdasarkan usia dan kemampuan/persepsi
berpikir untuk mengikuti proses belajar dalam pembelajaran.
Orang
dewasa ialah mereka yang telah melewati masa remaja dan memiliki
kematangan fisiologik dan psikologi untuk melakukan suatu kegiatan.
Metode pembelajaran orang dewasa terdiri atas metode individual,
kelompok, massal. Motivasi belajar orang dewasa ada dua:
(1) Motivasi internal, yang timbul dari dalam diri orang dewasa, (2)
Motivasi eksternal, yang berupa rangsangan yang datang dari
luar dirinya. Belajar dapat diartikan perubahan tingkah laku yang
dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar
tidak selalu mensyaratkan kehadiran pendidik (fasilitator) atau
gurunya. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk membantu orang
dewasa atau mengendalikan sikap dan perilakunya yang bermanfaat bagi
dirinya dan lingkungannya. Teori belajar orang dewasa tidak hanya
diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan dalam setiap kegiatan
belajar dan membelajarkan agar proses/interaksi belajar yang dikelolanya
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Aplikasi Teori Andragogi dalam Kegiatan Belajar dan Pembelajaran
Permasalahan
yang paling sering muncul dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah
adalah hasil belajar, output dan outcomenya. Ketidakmampuan peserta
memahami dengan baik materi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan merupakan indikasi kurang berhasilnya kegiatan pendidikan
luar sekolah. Rendahnya hasil belajar sebagai indikator dari
ketidakberhasilan pembelajaran, dimana peserta maupun tidak mampu
menerima dengan baik bahan belajar yang diajarkan oleh tutor. Salah satu
penyebab ketidakberhasilan pembelajaran pendidikan luar sekolah adalah
metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaannya dan
andragogi belum diterapkan secara maksimal dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Secara jelas Knowles (1979: 11-27 ) menyatakan apabila warga belajar telah
berumur 17 tahun, penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan
pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan. Usia warga belajar pada
kelompok belajar program PLS rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan
sendirinya penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pembelajarannya
semestinya diterapkan.
Perlunya
penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa
dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya
membelajarkan anak. Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan
sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak
untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang di transmisikan
didasarkan pada pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut
akan bermanfaat bagi warga belajar di masa datang. Sebaliknya,
pembelajar-an orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing
dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga
belajar.
Bagi
tenaga kependidikan luar sekolah, teori belajar orang dewasa tidak
hanya diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan dalam setiap kegiatan
belajar dan membelajarkan agar proses atau interaksi belajar yang
dikelolanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Berikut akan
dikemukakan karakteristik dari setiap kegiatan belajar secara teori
belajar orang dewasa yang dapat diaplikasikan pada setiap tahap kegiatan
belajar.
Penerapan Andragogi dalam performansi Tutor
Tutor
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor
memasuki kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman.
Pengetahuan dan pengalaman ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki
oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan pengalamannya itu
tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam
kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan
merupakan “pemaksa” untuk terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun
pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka dalam kegiatan
belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya bersikap
positif terhadap warga belajar.
Sikap
seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap
perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang
memiliki daya tarik akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak
menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi
positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas
perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap
tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta, sehingga
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.
Ada
beberapa hal yang dianggap penting dimiliki oleh para tutor dalam
proses interaksi belajar yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
warga belajar, yaitu (1) bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara
mekanis atau memahami masalah peserta didik hanya secara intelektual;
ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka; berada dan
bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri mengalami atau
menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna
pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, (2) Bersikap
kewajaran: jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon
secara tulus ikhlas, (3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif
terhadap peserta; mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian,
menerima orang lain dengan penghargaan penuh; menghargai perasaan dan
pengalaman mereka, dan (4) Membuka diri: menerima keterbukaan orang lain
tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman diri sendiri; secara
aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan mau mengambil resiko
jika melakukan kekeliruan.
Penerapan Andragogi dalam Pengorganisasian Bahan Belajar
Pengorganisasian
bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan warga belajar dalam
mempelajarinya. Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin
disampaikan, harus dilihat dari ketertarikan warga belajar terhadap
materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan warga
belajar, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman antara tutor dan
warga belajar
Bahan
belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan
disampaikan oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula
yang akan dipelajari oleh warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi
harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan
situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam mencapai
tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi
pertimbangan tutor dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran.
Seorang
tutor hendaknya mengetahui faktor-faktor yang patut dipertimbangkan
dalam memilih bahan belajar untuk diajarkan. Ketertarikan warga belajar
dalam memilih dan mempelajari bahan belajar adalah merupakan manifestasi
dari perilaku belajar warga belajar. Faktor-faktor yang patut
dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar adalah tingkat kemampuan
peserta, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh
peserta, tingkat daya tarik bahan belajar, dan tingkat kebaharuan dan
aktualisasi bahan.
Penerapan andragogi dalam Metode Pembelajaran
Penggunaan
metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada
penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam
menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik
pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan
belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kegiatan
belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar
yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang
dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena,
kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam
membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan
berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang
dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan
belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek. ( Anonim:
2006)
Metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1)
berpusat pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif,
(3) mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4)
menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta
dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan
merupakan transformasi atau penyerapan materi.
Kegiatan belajar dan membelajarkan pada garis besarnya dapat dibedakan atas tahap-tahap:
1. Perumusan Tujuan Program
Tujuan program menyatakan domain tingkah laku serta tingkatan tingkah laku yang ingin dicapai sebagai hasil belajar. Selain dari itu warga belajar dapat memiliki kesiapan mental dalam mengikuti program kegiatan belajar yang akan dilaksanakan. Gagasan ini merupakan aplikasi dari hukum kesiapan mental dari Thorndike.
2. Pengembagan Alat Evaluasi dan Evaluasi Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap ini antara lain:
a. Pengembangan Kemamuan Pikir; merupakan teknik pengembangan kemampuan berpikir.
b. Hukum Efek;
kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
seperti nilai yang baik, cenderung untuk diulangi dan ditingkatkan.
c. Penguatan; pujian
ataupun teguran/peringatan diberikan sesegera mungkin dan secara
konsisten. Warga belajar perlu mengetahui hasil tesnya agar ia terdorong
untuk terdorong lagi, dapat menilai usaha belajarnya untuk menghadapi
tes berikutnya.
d. Keputusan Penyajian;
hasil evaluasi dijadikan dasar untuk mengambil keputusan apakah
pelajaran dapat dilanjutkan atau perlu diselenggarakan penjelasan
remedial atau mengulang kembali bagian-bagian yang dianggap sukar.
e. Hasil Evaluasi; merupakan balikan bagi fasilitator tentang efektivitas/ kemampuan penyajiannya. Juga merupakan balikan bagi warga belajar untuk mengetahui penguasaan terhadap bahan pelajaran.
3. Analisis Tugas Belajar dan Identifikasi Kemampuan Warga Belajar
Kemampuan
yang ingin dicapai senagai tujuan pembelajaran, diurai (dianalisis)
atas unsur-unsur yang telah diidentifikasi tersebut diseleksi sehingga
hanya unsur-unsur yang belum dikuasai sajalah yang dipilih sebagai bahan
pelajaran. Pada tahap ini juga diidentikkan karakteristik
individual warga belajar seperti: kecerdasa/bakat, kebiasaan belajar,
motivasi belajar, kemampuan awal dan kebutuhan warga belajar, terutama
yang menyangkut kesulitan belajarnya.
Teori belajar yang relevan dengan kegiatan analisis tugas, antara lain ialah:
a. Teori Gestalt, meliputi:
· Hukum Pragmanz
(penuh arti) yaitu pengelompokan objek sesuatu bahan pelajaran
berdasaran kriteria atau kategori tertentu seperti: warna, bentuk,
ukuran.
· Hukum kesamaan atau keteraturan: tugas-tugas yang unsur-unsurnya mempunyai kesamaan dan teratur, lebih mudah dipahami daripada yang berbeda dan tidak teratur.
b. Teori Medan
Belajar memecahkan masalah adalah pengembangan struktur kognitif.
4. Penyusunan Strategi Belajar-Membelajarkan
Strategi
belajar-membelajarkan pada hakikatnya adalah rencana kegiatan belajar
dan membelajarkan yang dipilih oleh fasilitator untuk dilaksanakan, baik
oleh warga belajar maupun oleh sumber belajar dalam rangka usaha
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap ini antara lain ialah:
- Teori
Bruner tentang cara mengorganisasikan batang tubuh ilmu yang
dipelajari, urut-urutan pokok bahasan yang disajikan, teknik-teknik
penyajian enaktif, ekonik dan simbolik.
- Teori penyajian bahan verbal yang bermakna menurut Ausubel.
- Penataan Situasi belajar yang menyangkut pengelolaan belajar dan kondisi belajar menurut Gagne.
- Metode
belajar pemecahan masalah dengan teknik: ramu pendapat, metode
buku catatan kolektif dan metode papan bulletin kolektif.
- Metode belajar/penyajian menemukan. Metode
ini memudahkan transfer dan retensi, mempertinggi kemampuan
memecahkan masalah serta mengandung morivasi intrinsik.
- Perbedaan individu dalam hal kecepatan belajar warga belajar.
- Pengaturan urutan-urutan penyajian bahan pelajaran menurut tingkat kesulitannya dari yang sederhana ke yang lebih sulit.
5. Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Membelajarkan
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahapan ini antara lain ialah:
- Hukum kesiapan. Menyiapkan
mental warga belajar untuk mengikuti pelajaran baru dengan
memberikan penjelasan singkat mengenai pengetahuan prasyarat untuk
mengikuti pelajaran baru/hal-hal yang telah dipelajari dan
berhubungan erat dengan pelajaran baru.
- Penguatan dan Motivasi Belajar. Menjelaskan kegunaan/nilai praktis dari pelajaran baru dalam kehidupan dan penghidupan.
- Proses Pensyaratan (conditioning). Memperlihatkan model hasil belajar terminal untuk memudahkan warga belajar mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru.
d. Hukum Unsur-Unsur yang Identik. Menstransfer pengalaman pemecahan masalah lainnya yang mempunyai persamaan. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam berbagai situasi, kondisi dan posisi.
e. Metode Menemukan. Memberikan
kesempatan kepada warga belajar untuk melakukan sendiri keterampilan
yang harus mereka pelajari, jadi bukan fasilitator sendiri yang
melakukan.
f. Cara Menarik Perhatian. Mengaitkan
kegiatan belajar dan membelajarkan dengan kebutuhan warga belajar,
mengolah bahan pelajaran sebagai bahan perlombaan antar individu,
kelompok, dan baris.
g. Karya Wisata. Pengalaman
praktik lapangan ataupun di laboratorium dan bengkel, permainan peran,
permainan atau perlombaan, merupakan pengalaman yang berkesan bagi warga
belajar dan memungkinkan mereka lebih mudah mengingat konsep-konsep
pengertian kunci dan sebagainya.
6. Pemantauan Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hbubungannya dengan tahapan ini antara lain:
- Hukum Latihan. Makin sering sesuatu pelajaran diulang makin dikuasai pelajaran itu.
- Belajar lanjut (overlearning). Belajar lanjut 50% (150%) lebih lama daya tahannya dalam ingatan.
- Revieu. Belajar dengan teknik revieu berkala lebih efektif daripada belajar terus-menerus tanpa revieu. (Mappa, 1994: 154).
Referensi
Mappa, Syamsu. 1994. Teori belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen P dan K