Selasa, 16 Juni 2015 1 komentar


Evaluasi Konsep Pembelajaran Orang Dewasa Dengan Model Pembelajaran Diskusi (Berbagi Informasi tentang SEKSUALITAS)

 Oleh Kelompok 5 (Apersepsi-Interaksi)
1. Rizka Aini Hasibuan 11-087 http://10087rah.blogspot.com/
2. M.Habibi Almy         11-004http://bibiealmy.blogspot.com/
3. Etika Mandasari        11-014http://11014ems.blogspot.com/
4. Rika Damayanti         11-018http://11018rika.blogspot.com/
5. Rizky Hasanah          111-029http://11029rh.blogspot.com/

A.    Pengertian Diskusi
Menurut Muhibin Syah (dalam Faqih, 2013) menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan suatu metode dalam proses mengajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah atau disebut dengan problem solving. Diskusi juga merupakan percakapan yang bersifat ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung didalam suatu percakapan kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu maslah atau bersama-sama mencari pemecahan masalah untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Sedangkan (Wikipedia, 2015) menyatakan bahwa diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Adapun unsur-unsur diskusi adalah:
1.      Materi
2.      Manusia, sebagai pelaksana. Terdiri dari moderator, notulis, peserta dan pemakalah/penyaji
3.      Perlengkapan

B.     Macam-Macam Diskusi
Adapun macam-macam diskusi menurut tokoh (Suryobroto, 1996) adalah:
1.      Seminar
Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu hal.
2.      Sarasehan/simposium
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
3.      Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
4.      Konferensi
Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
5.      Diskusi panel
Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis (peserta diskusi panel) dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.

6.      Diskusi kelompok
Penyelesaian masalah dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil.

C.     Manfaat Diskusi
Menurut (Wikipedia, 2015) manfaat diskusi adalah:
1.      Berlatih bekerja sama mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan diskusi (semua individu harus ikut aktif dalam diskusi).
2.      Berlatih bersabar mendengarkan pendapat pihak lain yang berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan bahkan bertentangan.
3.      Berlatih menyusun argumentasi yang rasional dan faktual, sekaligus berlatih memberikan memberikan masukan untuk memperbaiki kelemahan pendapat dari orang lain.
4.      Perilaku-perilaku yang diharapkan berubah antara lain:
a)         Terbuka terhadap perbedaan pendapat
b)        Disiplin mengikuti tata tertib diskusi
c)         Menghormati pihak-pihak yang berbeda pendapat
                                                     
D.    Tujuan Diskusi
Hisyam Zaini, dkk (dalam Agustin, 2009) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif menyatakan bahwa “Diskusi bertujuan untuk merangsang intelegensi kita untuk menemukan setiap jawaban dari masalah yang dimunculkan, dengan diskusi kecerdasan seseorang akan muncul dengan lebih mudah dalam kesederhanaan yang memukau”. 
Sedangkan menurut tokoh lain, seperti Moedjiono dan Moh. Dimyati (dalam Agustin, 2009) menyatakan bahwa tujuan diskusi adalah:
1.      Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
2.      Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.
3.   Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self-concepts) yang lebih positif.
4.      Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.
5.      Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.


E.     Pendekatan Appersepsi-Interaksi
Metode appersepsi dimulai dengan mengidentifikasi tema-tema masalah kehidupan sehari-hari, pertama peserta didik menghubungkan pengalaman dan perasaannya dengan gambar (appersepsi). Kemudian peserta didik membahas dalam suatu diskusi mengenai gambar tersebut (interksi). Guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu membantu peserta didik mencari kemungkinan-kemungkinan dalam pemecahan masalah yang dibicarakan dalam diskusi.

F.      Topik atau Isu
Sarwono (2007) menyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perkembangan jiwa remaja yang terbesar pengaruhnya adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh sehingga menyebabkan mudahnya aktivitas seksual (terutama dikalangan remaja) dilanjutkan dengan hubungan seks.
Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumber-sumber yang tidak jelas.
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotip dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.

Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu:
1.      Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
2.      Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
3.      Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya
4.      Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
5.      Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas

Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan SeksSex education” sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.

G.    Proses Pelaksanaan
1.      Pembukaan
Pembukaan dilakukan oleh Etika Mandasari, yang mana dia memperkenalkan anggota kelompok dan menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya kegiatan diskusi tersebut.
2.      Ice Breaking
Sebelum memulai penjelasan kami melakukan ice breaking, yang dimaksudkan supaya para audience lebih fokus dan konsentrasi, dimana ice breaking dilakukan oleh Habibi Almy.

3.      Materi
Sebelum materi dimulai, kelompok membagikan kertas yang harus diisi oleh audience yang kelompok sebut sebagai alat ukur pretest dalam kegiatan ini.Selanjutnya presentasi dibuka oleh Etika Mandasari sebagai moderator. Selanjutnya Rizka Aini Hasibuan menjelaskan tentang pengantar teori seksualitas. Selanjutnya penjelasan mengenai teori seksualitas dilanjutkan oleh Etika Mandasari. Disela-sela penjelasan mengenai teori seksualitas, kelompok membagikan makanan dan minuman kepada para audience, hal ini dilakukan oleh Rika Damayanti. Selanjutnya diakhiri dengan kegiatan tanya jawab kepada audience apakah ada pertanyaan, kritik dan saran atas presentasi yang telah kelompok lakukan. Ternyata ada beberapa pertanyaan dari audiens dan dari pertanyaan tersebut kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan darin audience, selanjutnya jawaban yang sudah ditemukan akhirnya dijawab oleh kelompok yang diawali oleh Rizka Aini Hasibuan, Habibi Almy, Etika Mandasari, Rika Damayanti dan diakhiri oleh Rizky Hasanah.
4.      Energizer
Setelah memberikan penjelasan kami melakukan energizer. Hal ini kami lakukan supaya para audience lebih semangat lagi karena diskusi ini kami lakukan pada jam 15.00-16.30 Wib jam dimana kita mengantuk, adapun energizer ini dilakukan oleh Rizky Hasanah.
5.      Penutup
Kami memberikan kesempatan kepada para audience, untuk mengomentari hasil kerja kelompok kami dan diiringi dengan membagikan lagi kertas yang harus diisi para audience yang  kelompok sebagai posttest kegiatan ini setelah kertas posttest diisi kami mengucapkan terima kasih kepada para audience.

H.    Kesulitan dan Hambatan
Kesulitan dan hambatan saat pelaksanaan kegiatan adalah peserta diskusi, karena kesulitan untuk mencocokkan waktu pelaksanaan kegiatan antara peserta diskusi dengan kelompok. 
I.       Alat Bantu
1.         Camera digital
 Camera digital, digunakan untuk merekam seluruh kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan.
2.      Slide show
 Tampilan slide show, digunakan ketika mempresentasikan hasil diskusi yang telah  dilaksanakan sebelumnya
3.      Proyektor
  Proyektor, digunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan tampilan slide di dalam kelas ketika mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. 

J.      Hasil dan evaluasi
1.      Hasil

No
Pretest
Posttest
1
6
6
2
2
4
3
0
3
4
0
5
5
3
5
6
9
9
7
0
3
8
8
5
9
2
6
10
0
3
11
3
6
12
4
5
Total
37
65
           
Descriptive Statistics

N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
pretest
12
3.0833
3.14667
.00
9.00
posttest
12
5.0000
1.70561
3.00
9.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa skor mean pada saat pretest atau sebelum dimulainya materi diskusi adalah (3,08) sedangkan skor mean pada saat posttest atau sesudah diberikannya materi diskusi adalah (5,0). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pencapaian peserta diskusi sebesar (1,92) poin yang berarti adanya peningkatan informasi sebelum dan sesudah diberikannya materi diskusi oleh kelompok. Dari hasil analisa tersebut kelompok menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan cukup berhasil.


2.      Evaluasi
Ibu Filia Dina
-          Melengkapi rekap data hasil pembelajaran
-          Analisa data
-          Hasil analisa 

K.    Subjek dan Waktu Pelaksanaan
Subjek
ARMI (Aliansi Relawan Muda Indonesia) yang berkisar dari 10-20 orang.
Lokasi
Gedung BTPS Mesjid Ad-Dakwah USU
Hari/tanggal
Selasa, 12 Mei 2015
Pukul
Jam 15.00-16.30
Biaya
RP. 150.000










L.      Pembagian Tugas

M. Habibi Almi
Dokumentasi dan ice breaking
Rizka Aini Hasibuan
Pemateri 1
Etika Mandasari
Pemateri 2
Rika Damayanti
Konsumsi
Rizki Hasanah
Energizer

M.   Rincian Biaya

Nama Barang
Harga
Konsumsi :
Snack
Minuman
Piring plastik
Tissue

Rp. 75.000
Rp. 20.000
Rp. 14.000
Rp.   5000
Alat
Rp. 50.000
Total Keseluruhan
Rp. 164.000

 
;