– Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA) menerima rata-rata 200 laporan kasus per bulan sepanjang
tahun 2011, meningkat 98 persen dari tahun sebelumnya. laporan ini turut
mengindikasikan adanya peningkatan gangguan stres pada anak di
Indonesia.
Jakarta, Psikologi Zone
Peningkatan jumlah anak yang mengalami gangguan stres diketahui
banyak penyebab. Komnas PA mencatat, 82,9 persen penyebab anak stres
justru berasal dari kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua.
Apalagi diperparah dengan sikap Orang tua yang cenderung memforsir
tenaga anak dalam rutinitas padat, sehingga hak bermain dan berkreasi
menjadi hilang.
“Jangan remehkan ini, sudah tercatat sebanyak lima anak dibawah 10
tahun berusaha melakukan pencobaan bunuh diri akibat stress. Dua
diantaranya telah meninggal,” kata Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas
Perlindungan Anak, Selasa (20/3).
Kebijakan pemerintah diketahui ikut menyumbang penyebab anak di
Indonesia mengalami stres. Hal ini diketahui melalui banyak kurikulum pendidikan yang dirasa berat dan tidak pasti bagi anak-anak. Anak akan mengalami kebimbangan dan berujung pada stres.
Sumber stres yang tidak kalah penting adalah persepsi masyarakat yang
berpatokan pada kepintaran, membuat orang tua berbondong-bondong
menstimulasi anak mereka hingga berlebihan.
“Orangtua memiliki kontribusi stres pada anak, Orang tua juga
memiliki andil besar terhadap tumbuh kembang anak-anaknya, bukan orang
lain,” ungkap Arist.
Arist menyarankan, orang tua sebaiknya tidak menganggap anak sebagai
milik mereka, namun anak adalah titipan tuhan yang harus ditempatkan
secara adil bukan semau orang tua.
“Orangtua masih banyak yang diskriminatif terhadap anak, dan lebih mengedepankan hukuman,” ungkapnya.
Solusi menangani anak stres tidak cukup dengan mengurangi tekanan
mentalnya. Orang tua perlu untuk mulai membiasakan diri bersahabat
dengan anak.
“Orangtua juga perlu minta maaf jika bersalah atau tak memenuhi janji
misalnya. Saat minta maaf, posisikan kepala sejajar dengan anak,
ucapkan maaf dengan mensejajarkan diri dengannya,” kata Arist memberi
contoh. (kmp/ant/mba)
Referensi
http://www.psikologizone.com/waspada-jumlah-anak-stres-semakin-meningkat/065115812
0 komentar:
Posting Komentar